Hamil merupakan suatu anugerah, tetapi terlalu sering melahirkan juga bisa menjadi bencana bagi ibu dan keluarga. Hal ini karena kehamilan ibu dengan bayi yang masih berumur di bawah satu tahun bisa membuat ibu keteter mengurus sang bayi maupun kakaknya. Malah masalah ini kerap menjadi pangkal percekcokan dalam keluarga bila tenaga yang membantu tidak ada. Bersyukur, di Aceh ada tradisi bahwa jika memiliki satu hingga dua anak masih wajar menumpang di rumah ibu atau mertua, sehingga memudahkan meminta tolong mengurus si bayi.
Masalah timbul jika tidak ada yang bisa diminta tolong mengasuh bayi kecil tadi. Apakah dalam kondisi fisik mual dan muntah ketika hamil muda seorang ibu dapat mengurus bayinya dengan baik? Tentu akan menjadi lebih rumit lagi jika sang ibu berstatus Pegawai Negeri Sipil atau swasta.
Di sinilah proses awal pensususapian si anak dimulai. Suatu proses yang membuat sang anak kehilangan sentuhan kasih sayang ibu sejak masa awal pertumbuhan. Bayi kehilangan kesempatan mendapat kekebalan tubuh plus gizi dari kolostrum Air Susu Ibu (IBU).
Sering di kalangan keluarga muda terjadi kebobolan, lantaran belum sempat menggunakan kontrasepsi, sehingga telanjur hamil. Bagi yang berpendidikan dan tinggal dalam sebuah keluarga besar mungkin bisa menerima berkah kehamilan tersebut. Akan tetapi, bagi keluarga kecil dengan penghasilan yang terbatas, ini adalah awal malapetaka. Banyak yang berusaha menggugurkan kandungan dengan berbagai cara. Tindakan ini bisa menjurus ke aborsi tak aman jika ditangani tenaga tak profesional, yang bisa mengancam kehidupan sang ibu. Pengguguran menjadi salah satu penyumbang kematian ibu saat ini dalam usia reproduksi.
Untuk menghindari hal yang tak diinginkan tersebut, sebaiknya ibu merencanakan hamil berikutnya dengan baik. Besarkanlah sang jabang bayi duhulu minimal mencapai usia dua tahun.
Saat ini ada beragam pilihan kontrasepsi bagi seorang ibu, mulai suntikan tiga bulan, suntikan satu bulan, pil menyusui, pil bagi ibu tak menyusui, atau bahkan pemasangan alat KB dalam rahim yang lebih dikenal dengan IUD/intra uterine device. Salah satu contoh alat KB tersebut dulu dikenal dengan nama spiral, karena berbentuk seperti spiral.
Kini spiral sudah tak beredar lagi. Kalau ada, berarti stok lama yang tidak dianjurkan atau kedaluwarsa. Yang beredar saat ini jenis Cu T 380, atau Nova T 380 atau Mirena yang harganya relatif mahal. Jenis ini menjadi mahal, karena ada obat tambahan yang membuat tidak berdarah banyak saat terjadi haid.
Dulu KB mudah didapat dan gratis, tapi saat ini sedikit terganggu stoknya di RS karena pengadaan dari BKKBN yang berkurang. Walau pelayanan KB di Rumah Sakit bisa gratis, akan tetapi ASKESKIN atau ASKESSOS tidak menyiapkan obat KB sehingga harus membeli sendiri.
Kapan saat mulai digunakan alat KB?
1. Saat masa haid, disarankan saat mau berakhir masa haid.
2. 6 minggu pascabersalin
3. Pascatindakan kuretase
4. Saat penggantian cara KB tertentu, misalnya dari IUD beralih ke penggunaan pil.
Masalah sering timbul dalam memilih jenis alat KB yang ingin digunakan. Informasi yang benar hanya bisa didapat setelah berkonsultasi dengan bidan atau dokter. Jangan seperti banyak peserta KB saat ini. Peserta KB langsung dijos (suntik) saja tanpa penjelasan yang cukup, sehingga saat haid tak datang ataupun badan menjadi tambah melebar baru kaget, lantas mencari obat pembuat badan kurus yang harganya tentu saja mahal. Masalah ini timbul lantaran pemilihan/penggunaan KB yang kurang tepat.
Sebenarnya, KB pil menjadi pilihan bagi ibu-ibu yang takut dengan suntikan. Kelemahannya adalah sering lupa. Kalau lupa sehari tidak apa-apa, karena sekaligus bisa memakan dua pil pada hari berikutnya. Masalahnya adalah kalau terlalu sering lupa, kegagalan akan tinggi. Pil KB saat ini kadarnya telah disesuaikan dengan kadar toleransi untuk mencegah terjadinya pembuahan, sehingga tetap aman digunakan walau ibu penderita varises. Akan tetapi, disarankan sang ibu tetap berkonsultasi dengan dokter sebelum memilih pil tersebut sebagai alat mengatur reproduksi.
Alternatif lain mengatur reproduksi alami adalah dengan KB alami, misalnya tidak berhubungan badan saat masa subur atau dengan metode senggama terputus. Cara ini jauh lebih aman dari keluhan badan gemuk atau melebar dan haid yang tak teratur.
Seharusnya, perencanaan KB mutlak dipikirkan demi mencegah hamil terlalu rapat, dan terlalu sering melahirkan yang membawa dampak kurang baik bagi kesejahteraan ibu, serta kurangnya waktu ibu merawat bayi dan suami. Sudah saatnya keputusan ini diambil bersama dan saling mengingatkan untuk mencegah kehamilan yang tidak direncanakan.



Shanan
0 komentar:
Posting Komentar